·
KARANGAN ILMIAH
Karangan merupakan karya tulis yang dihasilkan dari
kegiatan mengungkapkan pemikiran dan menyampaikannya melalui media tulisan
kepada orang lain untuk dipahami. Sedangkan karangan ilmiah menurut
Brotowidjoyo adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis
menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.
Jadi, karya ilmiah adalah suatu tulisan yang
didalamnya membahas suatu masalah yang dilakukan berdasarkan penyedikan,
pengamatan, pengumpulan data yang dapat dari suatu penelitian,baik penelitian
lapangan, tes labolatorium ataupun kajian pustaka dan dalam memaparkan dan
menganalisis datanya harus berdasarkan pemikiran ilmiah,yang dikatakan dengan
pemikiran ilmiah disini adalah pemikiran yang logis dan empiris.
Bentuk karangan ilmiah dapat berupa makalah, usulan
penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Sedangkan jenis karangan ilmiah,
antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel
jurnal yang pada dasarnya semua itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.
Ciri-ciri karangan ilmiah yaitu:
a.
Sistematis, artinya mengikuti pola pengembangan tertentu,
misalnya pola
urutan,
klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya;
b.
objektif, artinya pembahasan
suatu hasil penelitian sesuai dengan yang
diteliti.;
c.
cermat,
tepat, dan benar;
d.
tidak
persuasif;
e.
tidak
argumentatif;
f.
tidak
emotif;
g.
netral,
artinya tidak mengejar keuntungan sendiri atau pihak tertentu;
h.
tidak
melebih-lebihkan sesuatu
Isi
( batang tubuh ) sebuah karya ilmiah harus memenuhi syarat metode ilmiah.
Seperti
yang diungkapkan oleh John Dewey, ada 5 langkah pokok proses ilmiah.
1.
Mengenali dan merumuskan masalah
2.
Menyusun kerangka berpikir dalam rangka penarikan hipotesis.
3.
Merumuska hipotesis ( dugaan hasil sementara )
4.
Menguji hipotesis
5.
Menarik kesimpulan
Perbedaan Karangan Ilmiah dan
Nonilmiah
Menulis karangan adalah kegiatan menulis usulan-usulan
yang benar berupa pernyataan-pernyataan tentang fakta, kesimpulan-kesimpulan
yang ditarik dari fakta dan merupakan pengetahuan. Terdapat tiga golongan
karangan, yaitu ilmiah, ilmiah popular, dan nonilmiah.
Seperti pernyataan sebelumya karanga ilmiah (scientific
paper) adalah laporan tertulis dan publikasi yang memaparkan hasil
penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim
dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh
masyarakat keilmuan, sedangkan karangan non ilmiah adalah karangan yang
menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan
sehari-hari dan memiliki ciri-ciri karangan nonilmiah sebagai berikut:
a. ditulis
berdasarkan fakta pribadi,
b. fakta yang
disimpulkan subyektif,
c. gaya bahasa
konotatif dan populer,
d. tidak memuat
hipotesis,
e. penyajian
dibarengi dengan sejarah,
f.
bersifat
imajinatif,
g. situasi
didramatisir, dan
h. bersifat persuasif.
Adapun contoh karangan ilmiah yang sering kita temui
yaitu Dongeng, cerpen, novel, drama, dan roman.Dari penjelasan singkat ini
dapat dicermati perbedaan antara karangan ilmiah dan non ilmiah dari
beberapa aspek. Pertama,dari segi bahasa. Bahasa dalam karangan ilmiah
menggunakan ragam bahasa Indonesia resmi.
Ciri-ciri ragam resmi yaitu menerapkan kesantunan
ejaan (EYD/Ejaan Yang Disempurnakan), kesantunan diksi, kesantunan kalimat,
kesantunan paragraph, menggunakan kata ganti pertama “penulis”, bukan saya,
aku, kami atau kita, memakai kata baku atau istilah ilmiah, bukan popular,
menggunakan makna denotasi, bukan konotasi, menghindarkan pemakaian unsur
bahasa kedaerahan, dan mengikuti konvensi penulisan karangan ilmiah.
Berbeda dengan karangan ilmiah, bahasa dalam karangan
semiilmiah/ilmiah popular dan nonilmiah melonggarkan aturan, seperti
menggunakan kata-kata yang bermakna konotasi dan figurative, menggunakan
istilah-istilah yang umum atau popular yang dipahami oleh semua kalangan, dan
menggunakan kalimat yang kurang efektif seperti pada karya sastra.
Kedua, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil
penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara
fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan
pengamatan atau observasi. Ketiga, karya ilmiah bersifat metodis dan
sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara
tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses
pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
Selain itu, Karya non ilmiah sangat bervariasi topik
dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan
non-ilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif.
Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan populer,
walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis.
·
TULISAN
ILMIAH
PENULISAN ILMIAH
- Pengertian Penulisan Ilmiah
Penulisan Ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh
seorang penulis berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah
dilakukannya. Dari definisi yang lain dikatakan bahwa karya ilmiah (scientific
paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian
atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan
memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat
keilmuan.
Dari pengertian tersebut secara awal kita dapat mengenal
salah satu ciri khas karya ilmiah adalah lewat bentuknya yakni tertulis, baik
di buku, jurnal, majalah, surat kabar, maupun yang tersebar di internet, di
samping ciri lain yang mesti dipenuhi dalam sebuah karya ilmiah.
- Macam Karya Tulis Ilmiah
Sesuai
dengan cirinya yang tertulis tadi, maka karya tulis ilmiah dapat berwujud dalam
bentuk makalah (dalam seminar atau simposium), artikel, laporan praktikum,
skripsi, tesis, dan disertasi, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan
produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang
terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan
lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
- MAKALAH
Makalah, adalah karya ilmiah yang membahas suatu pokok persoalan, sebagai hasil penelitian atau sebagai hasil kajian yang disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar) atau yang berkenaan dengan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen yang harus diselesaikan secara tertulis oleh mahasiswa. - SKRIPSI
Skripsi, adalah karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan atau kajian pustaka dan dipertahankan di depan sidang ujian (munaqasyah) dalam rangka penyelesaian studi tingkat Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana. - TESIS
Tesis, adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat program Strata Dua (S2), yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar Magister. Pembahasan dalam tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah tertentu dan memecahkannya secara analisis kristis. - DISERTASI
Disertasi, adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat Strata Tiga (S3) yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar Doktor (Dr.). Pembahasan dalam disertasi harus analitis kritis, dan merupakan upaya pendalaman dan pengembangan ilmu pengetahuan yang ditekuni oleh mahasiswa yang bersangkutan, dengan menggunakan pendekatan multidisipliner yang dapat memberikan suatu kesimpulan yang berimplikasi filosofis dan mencakup beberapa bidang ilmiah. - ARTIKEL
Artikel, merupakan karya tulis lengkap, seperti laporan berita atau esai di majalah, surat kabar, dan sebagainya (KBBI 2002: 66). Artikel adalah sebuah karangan prosa yang dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas (Tartono 2005: 84).
Artikel merupakan: karya tulis atau karangan; karangan nonfiksi; karangan yang tak tentu panjangnya; karangan yang bertujuan untuk meyakinkan, mendidik, atau menghibur; sarana penyampaiannya adalah surat kabar, majalah, dan sebagainya; wujud karangan berupa berita atau “karkhas” (Pranata 2002: 120).
Artikel mempunyai dua arti: (1) barang, benda, pasal dalam undang- undang dasar atau anggaran dasar; (2) karangan, tulisan yang ada dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya. Tetapi, kita akan lebih jelas lagi dengan penguraian Webster`s Dictionary yang mengartikan bahwa artikel adalah a literary compositon in a journal (suatu komposisi atau susunan tulisan dalam sebuah jurnal atau penerbitan atau media massa). Sejak tahun 1980 para jurnalis Amerika sepakat untuk memakai istilah artikel bagi tulisan yang berisi pendapat, sikap, atau pendirian subjektif mengenai masalah yang sedang dibahas disertai dengan alasan dan bukti yang mendukung pendapatnya. - ESAI
Esai, adalah ekspresi tertulis dari opini penulisnya. Sebuah esai akan makin baik jika penulisnya dapat menggabungkan fakta dengan imajinasi, pengetahuan dengan perasaan, tanpa mengedepankan salah satunya. Tujuannya selalu sama, yaitu mengekspresikan opini, dengan kata lain semuanya akan menunjukkan sebuah opini pribadi (opini penulis) sebagai analisa akhir. Perbedaannya dengan tulisan yang lain, sebuah esai tidak hanya sekadar menunjukkan fakta atau menceritakan sebuah pengalaman; ia menyelipkan opini penulis di antara fakta-fakta dan pengalaman tersebut. Jadi intinya kita harus memiliki sebuah opini sebelum menulis esai. - OPINI
Opini, adalah sebuah kepercayaan yang bukan berdasarkan pada keyakinan yang mutlak atau pengetahuan sahih, namun pada sesuatu yang nampaknya benar, valid atau mungkin yang ada dalam pikiran seseorang; apa yang dipikirkan seseorang; penilaian. - FIKSI
Fiksi, satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb adalah hal-hal penting yang memerlukan perhatian tersendiri. Meski demikian, dengan kisah (bisa juga data) yang asalnya dari imajinasi pengarang tersebut, tulisan fiksi memungkinkan kebebasan bagi seorang pengarang untuk membangun sebuah ‘kebenaran’ yang bisa digunakan untuk menyampaikan pesan yang ingin ia sampaikan kepada pembacanya. Sementara itu, kebebasan yang dimiliki pengarang fiksi tadi di lain pihak juga memungkinkan adanya kebebasan bagi pembaca untuk menginterpretasikan makna yang terkandung dalam tulisan tersebut. Artinya, fiksi sangat memungkinkan adanya multi interpretasi makna. Para pendukung tulisan fiksi meliputi: novelis, cerpenis, dramawan dan kadang penyair pun sering dimasukkan ke dalam golongan ini.
Di Perguruan Tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih
untuk menghasilkan karya ilmiah, seperti makalah, laporan praktikum, dan
skrispsi (tugas akhir). Yang disebut terakhir umumnya merupakan laporan
penelitian berskala kecil tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu
makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran
ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang
ditulis pakar-pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari.
- Tujuan Dan Kegunaan
Pada
hakikatnya penulisan karya ilmiah pada mahasiswa bertujuan:
- Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
- Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
- Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara STAIN dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
- Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
- Kesalahan Yang Sering Terjadi
Sebetulnya
mahasiswa terlebih para sarjana memiliki modal kemampuan menulis. Hanya saja
kemampuan tersebut haruslah senantiasa diasah agar tidak tumpul. Seorang
mahasiswa serta sarjana yang memiliki kemampuan menulis akan lebih sukses
daripada yang tidak memiliki kemampuan tersebut.
Beberapa
bentuk kesalahan yang sering dijumpai dalam tulisan antara lain:
- Salah mengerti audience atau pembaca tulisannya.
- Salah dalam menyusun struktur pelaporan.
- Salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan menjiplak (plagiat).
- Salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan, penggunaan Bahasa Indonesia (akan dibahas secara khusus) yang belum baik dan benar.
- Tata cara penulisan “Daftar Pustaka” yang kurang tepat (tidak standar dan berkesan seenaknya sendiri).
- Tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah, margin yang berubah-ubah).
- Isi yang terlalu singkat karena dibuat dengan menggunakan point-form seperti materi presentasi.
- Isi justru terlalu panjang dengan pengantar introduction yang berlebihan.
Ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat dikaji dari minimal
empat aspek, yaitu struktur sajian, komponen dan substansi, sikap penulis,
serta penggunaan bahasa. Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya
terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan
bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti
merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari
beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan
serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya,
namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan
daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya
abstrak. Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan
dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk
pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua. Bahasa yang
digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan
kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.
·
LAPORAN ILMIAH
Laporan ialah karya tulis ilmiah yang dibuat oelh seseorang atau sekelompok orang yang berhubungan secara struktural atau kedinasan setelah melaksanakan tugas yang diberikan. Laporan harus memuat data yang tepat dan benar serta objektif dan sistematis sehingga dapat dijadikan ukuran untuk membuat pertimbangan dan keputusan.
- Dasar Membuat Laporan
Terdapat 5 hal yang menjadi dasar dalam membuat laporan, antara lain:
1. Kegiatan menulis laporan ilmiah merupakan kegiatan utama terakhir dari suatu kegiatan ilmiah.
2. Laporan ilmiah mengemukakan permasalahan yang ditulis secara benar, jelas, terperinci, dan ringkas.
3. Laporan ilmiah merupakan media yang baik untuk berkomunikasi di lingkungan akademisi atau sesama ilmuwan.
4. Laporan ilmiah merupakan suatu dokumen tentang kegiatan ilmiah dalam memecahkan masalah secara jujur, jelas, dan tepat tentang prosedur, alat, hasil temuan, serta implikasinya.
5. Laporan ilmiah dapat digunakan sebagai acuan bagi ilmuwan lain sehingga syarat-syarat tulisan ilmiah berlaku juga untuk laporan.
- Jenis Laporan Ilmiah
a. Laporan Lengkap (Monograf).
1) Menjelaskan proses penelitian secara menyeluruh.
2) Teknik penyajian sesuai dengan aturan (kesepakatan) golongan profesi dalam bidang ilmu yang bersangkutan.
3) Menjelaskan hal-hal yang sebenarnya yang terjadi pada setiap tingkat analisis.
4) Menjelaskan (juga) kegagalan yang dialami,di samping keberhasilan yang dicapai.
5) Organisasi laporan harus disusun secara sistamatis (misalnya :judul bab,subbab dan seterusnya,haruslah padat dan jelas).
b. Artikel Ilmiah
1) Artikel ilmiah biasanya merupakan perasan dari laporan lengkap.
2) Isi artikel ilmiah harus difokuskan kepada masalah penelitian tunggal yang obyektif.
3) Artikel ilmiah merupakan pemantapan informasi tentang materi-materi yang terdapat dalam laporan lengkap.
c. Laporan Ringkas
Laporan ringkas adalah penulisan kembali isi laporan atau artikel dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti dengan bahasa yang tidak terlalu teknis (untuk konsumsi masyarakat umum).
-Fungsi Laporan Ilmiah
a. Laporan penelitian mengkomunikasikan kepada pembaca seperangkat data dan ide spesifik. Ide spesifik. Spesifik tersebut disampaikan secara jelas dan cukup rinci agar dapat dievaluasi.
b. Laporan Ilmiah harus dilihat sebagai sumbangan dalam khasanah ilmu pengetahuan.
c. Laporan Ilmiah harus berfungsi sebagai stimulator dan mengarahkan pada penelitian selanjutnya.
- Sistematika Laporan Ilmiah
Laporan ilmiah dapat berbentuk naskah atau buku karena berisi hal-halyang terperinci berkaitan dengan data-data yang akurat dan lengkap. Laporan ilmiah atau laporan formal terdiri atas :
1. Bagian awal, terdiri atas :
a. Halaman judul: judul, maksud, tujuan penulisan, identitas penulis, instansi asal, kota penyusunan, dan tahun
b. Halaman pengesahan (jika perlu)
c. Halaman motto/semboyan (jika perlu)
d. Halaman persembahan (jika perlu)
e. Prakata;
f. Daftar isi;
g. Daftar tabel (jika ada)
h. Daftar grafik (jika ada)
i. Daftar gambar (jika ada)
j. Abstak : uraian singkat tentang isi laporan
2. Bagian Isi
a. Bab I Pendahuluan berisi tentang
(1)Latar belakang
(2)Identitas masalah
(3)Pembatasan masalah
(4)Rumusan masalah
(5)Tujuan dan manfaat
b. Bab II : Kajian Pustaka
c. Bab III : Metode
d. Bab IV : Pembahasan
e. Bab V : Penutup
3. Bagian Akhir
a. Daftar Pustaka
b. Daftar Lampiran
c. Indeks : daftar istilah
Sumber :
http://mikhaanitaria.blogspot.com/2010/04/laporan-ilmiah.html
http://dahlanforum.wordpress.com/2009/08/29/menyusun-laporan-ilmiah/
http://pendidikan-tuban.org/bse/BSE%20SMA-MA,SMK/48.%20Bahasa%20Indonesia%203%20Semua%20Program%20XI%20SMK%20MOCH%20IRMAN/06-BAB%205.pdf
·
SILOGISME KATEGORIAL
Silogisme adalah suatu proses penarikan
kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan)
dan sebuah konklusi (kesimpulan). Silogisme terdiri dari; Silogisme Katagorik,
Silogisme Hipotetik dan Silogisme Disyungtif.
a. Silogisme Katagorik.
Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). Contoh : Semua tumbuhan membutuhkan air (premis mayor). Akasia adalah tumbuhan (premis minor). Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik.
Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga. Contoh; Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor). Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor). Maka; Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).
Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga. Contoh; Semua korusi tidak disenangi (mayor). Sebagian pejabat korusi (minor). Maka; Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan. Contoh; Beberapa politikus tidak jujur (premis 1). Bambang adalah politikus (premis 2). Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpul dapat diambil jika salah satu premisnya positif. Contoh; kerbau bukan bunga mawar (premis 1). Kucing bukan bunga mawar (premis 2). Kesimpulannya? Tidak ada.
Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah. Contoh; kerbau adalah binatang (premis 1). Kambing bukan kerbau (premis 2). Maka; kambing bukan binatang ? Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.contoh; Bulan itu bersinar di langit (mayor). Januari adalah bulan (minor). Maka; januari bersinar dilangit?
Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya. Contoh; kucing adalah binatang (premis1). Domba adalah binatang (premis 2). Beringin adalah tumbuahan (premis3). Sawo adalah tumbuhan (premis4). Konklusinya?
b. Silogisme Hipotetik
Silogisme Hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent. contoh; jika hujan saya naik becak (mayor). Sekarang hujan (minor). Maka saya naik becak (konklusi).
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya. Contoh Jika hujan, bumi akan basah (mayor). Sekarang bumi telah basah (minor). Maka hujan telah turun (konklusi)
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent. contoh; Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul. Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa. Maka kegelisahan tidak akan timbul.
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya. contoh:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah. Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:
1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
c. Silogisme Disyungtif
Silogisme Disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.
Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif. Contoh; Heri jujur atau berbohong (premis1). Ternyata Heri berbohong (premis2). Maka ia tidak jujur (konklusi).
Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayotnya mempunyai alternatif bukan kontradiktif. Contoh; Hasan di rumah atau di pasar (premis1). Ternyata tidak di rumah(premis2). Jadi hasan di pasar (konklusi).
Hukum-hukum Silogisme Disyungtif
Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid. Contoh; Hasan berbaju putih atau tidak putih. Ternyata Hasan berbaju putih. Maka hasan bukan tidak berbaju putih.
a. Silogisme Katagorik.
Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). Contoh : Semua tumbuhan membutuhkan air (premis mayor). Akasia adalah tumbuhan (premis minor). Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik.
Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga. Contoh; Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor). Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor). Maka; Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).
Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga. Contoh; Semua korusi tidak disenangi (mayor). Sebagian pejabat korusi (minor). Maka; Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan. Contoh; Beberapa politikus tidak jujur (premis 1). Bambang adalah politikus (premis 2). Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpul dapat diambil jika salah satu premisnya positif. Contoh; kerbau bukan bunga mawar (premis 1). Kucing bukan bunga mawar (premis 2). Kesimpulannya? Tidak ada.
Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah. Contoh; kerbau adalah binatang (premis 1). Kambing bukan kerbau (premis 2). Maka; kambing bukan binatang ? Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.contoh; Bulan itu bersinar di langit (mayor). Januari adalah bulan (minor). Maka; januari bersinar dilangit?
Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya. Contoh; kucing adalah binatang (premis1). Domba adalah binatang (premis 2). Beringin adalah tumbuahan (premis3). Sawo adalah tumbuhan (premis4). Konklusinya?
b. Silogisme Hipotetik
Silogisme Hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent. contoh; jika hujan saya naik becak (mayor). Sekarang hujan (minor). Maka saya naik becak (konklusi).
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya. Contoh Jika hujan, bumi akan basah (mayor). Sekarang bumi telah basah (minor). Maka hujan telah turun (konklusi)
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent. contoh; Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul. Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa. Maka kegelisahan tidak akan timbul.
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya. contoh:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah. Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:
1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
c. Silogisme Disyungtif
Silogisme Disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.
Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif. Contoh; Heri jujur atau berbohong (premis1). Ternyata Heri berbohong (premis2). Maka ia tidak jujur (konklusi).
Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayotnya mempunyai alternatif bukan kontradiktif. Contoh; Hasan di rumah atau di pasar (premis1). Ternyata tidak di rumah(premis2). Jadi hasan di pasar (konklusi).
Hukum-hukum Silogisme Disyungtif
Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid. Contoh; Hasan berbaju putih atau tidak putih. Ternyata Hasan berbaju putih. Maka hasan bukan tidak berbaju putih.
·
SALAH NALAR
Definisi Salah Nalar
Salah nalar merupakan Gagasan,
pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat. Dalam proses
berpikir sering
sekali kita keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan, kekeliruan ini
dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan, atau ketidaktahuan.
Contoh
salah nalar :
Emilia,
seorang alumni STIE Serelo Lahat, dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Oleh sebab itu, Halimah seorang alumni STIE Serelo Lahat, tentu dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Macam-macam Salah Nalar
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang tepat pada sasarannya, oleh karena
itu dalam berkomunikasi perlu kita perhatikan kalimat dalam berbahasa Indonesia
secara cermat. Sehingga salah nalar dapat terminimalisasikan.
Ada beberapa macam salah nalar, yakni sebagai berikut :
a.
Deduksi yang salah
Simpulan
dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah atau tidak memenuhi
persyaratan.
Contoh dari
Deduksi yang salah :
- Kalau listrik masuk desa, rakyat di
daerah itu menjadi cerdas.
b.
Generalisasi Terlalu Luas
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang dengan
besarnya generalisasi tersebut
sehingga kesimpulan yang diambil menjadi salah.
Contoh Generalisasi Terlalu Luas :
- Setiap orang yang telah mengikuti
Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais sejati.
- Anak-anak tidak boleh memegang
barang porselen karena barang itu cepat pecah.
c.
Pemilihan Terbatas pada Dua Alternatif
Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan
pemilihan jawaban yang ada.
Contoh Pemilihan Terbatas pada Dua Alternatif :
- Orang itu membakar rumahnya agar
kejahatan yang dilakukan tidak diketahui orang lain.
- Petani harus bersekolah supaya
terampil.
d.
Penyebab yang Salah Nalar
Salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu
sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud.
Contoh Penyebab yang Salah Nalar :
- Hendra mendapat kenaikan jabatan
setelah ia memperhatikan dan mengurusi makam leluhurnya.
- Anak wanita dilarang duduk di depan
pintu agar tidak susah jodohnya.
e.
Analogi yang Salah
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain
dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan
pada segi yang lain.
Contoh Analogi yang Salah
- Anto walaupun lulusan Akademi Amanah
tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.
- Pada hari senin Patriana kuliah
mengendarai sepeda motor. Pada hari selasa Patriana kuliah juga mengendarai
sepeda motor. Pada hari rabu patriana kuliah pasti mengendarai sepeda motor.
- Rektor harus memimpin universitas
seperti jenderal memimpin divisi.
f.
Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan
sifat seseorang dengan tugas yang diembannya.
Contoh Argumentasi Bidik Orang :
- Kusdi kesulitan membuat tugas
makalah bahasa Indonesia karena tidak mempunyai materi bahasa Indonesia.
- Deliana tidak bias menikah lagi
karena ia sudah janda.
g.
Meniru-niru yang Sudah Ada
Salah nalar jenis ini berhubungan dengan anggapan bahwa
sesuatu itu dapat kita lakukan kalau orang lain melakukan hal itu.
Contoh Meniru-niru yang Sudah Ada :
- Kita bisa melakukan korupsi karena
pejabat pemerintah melakukannya.
- Saat Ujian Akhir Semester mata
kuliah Bahasa Indonesia Slamet mencotek, karena pada mata kuliah Statistik
Fitriawati juga mencontek.
h.
Penyamarataan Para Ahli
Salah nalar ini disebabkan oleh anggapan orang tentang
berbagai ilmu dengan pandangan yang sama. Hal ini akan mengakibatkan kekeliruan
mengambil kesimpulan.
Contoh Penyamarataan Para Ahli :
- Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia
adalah Diska, Sarjanah Ekonomi.
- Sarifah pandai membuat kue, ia
adalah lulusan SMEA.
1.3
Salah Nalar dalam Komunikasi
Salah satu penyampaian komunikasi adalah berita, baik itu dari media
elektronik, ataupun dari media massa. Penyampaian berita yang dsampaikan sering
sekali terjadi kesalahan dalam berpikir, sehingga dapat mengakibatkan kesalahan
dalam penalaran/nalar bagi penerima berita.
Kekurangcermatan seseorang atau jurnalis dalam melihat
hubungan logis antara satu fakta dengan fakta lain dalam konteks hubungan
sebab-akibat, dan kekurangcermatan itu kemudian dituangkan dalam teks berita,
bisa menyesatkan “logika” pembaca atau pemirsa. Ketika pembaca atau pemirsa
menganggap teks yang dihasilkan jurnalis itu sebagai sebuah kebenaran, maka
kesesatan logika pun jadi dianggap benar.
Fakta berupa pernyataan yang mengandung salah nalar atau sesat logika
memang bisa saja berasal dari narasumber. Bisa saja narasumber sengaja untuk
kepentingan tertentu, atau tak sengaja karena sebab tertentu. Namun, bukan
berarti jurnalis bisa begitu saja meloloskannya menjadi fakta dalam teks
berita. Bahkan, pada tahap awal, jurnalis seharusnya langsung
mempersoalkan pernyataan yang salah nalar itu kepada narasumber.
Sebagai
contoh pernyataan salah nalar muncul di dua media cetak, Kedaulatan Rakyat
(24/3/09, hal 24) dan Koran Tempo (25/3/09, hal B3) :
-
Pada Kedaulatan Rakyat, salah
nalar muncul di alinea ke-5 berita berjudul Golput Rugikan Proses Demokrasi.
Berita ini memuat pernyataan dua pimpinan partai politik tentang golput pada
saat keduanya kampanye, yaitu Yusril Ihza Mahendra (Ketua Majelis Syuro Partai
Kebangkitan Bangsa) dan MS Kaban (Ketua Umum Partai Bulan Bintang).
Alinea
ke-5 berita tersebut, yang hanya terdiri atas tiga kalimat (dua kalimat tak
langsung dan satu kalimat langsung berupa kutipan), memuat pernyataan MS Kaban
tentang golput. Alinea selanjutnya berisi topik lain yaitu tentang
panwaslu.
Alinea
ke-5 ditulis demikian:
Hal senada diungkapkan Ketua Umum PBB, MS Kaban. Menurut
Kaban, golput merupakan tindakan orang yang tidak bertanggungjawab. “Sebab kita
saat ini sedang mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),”
ujarnya.
-
Pada Koran Tempo salah nalar
muncul pada berita tentang kelangkaan pupuk. Persoalan salah nalar mulai
di judul hingga di tubuh berita. Judul berita suratkabar ini demikian: Pupuk
Langka karena Petani Belum Ikut Kelompok Tani.
Pada
lead (memimpin), salah nalar di judul dipertegas.
Kepala
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah Aris Budiono menyatakan kelangkaan atau
kesulitan petani dalam memperoleh pupuk pada musim tanam kedua tahun ini
disebabkan masih banyak petani yang belum masuk kelompok tani.
Where to Bet on Sports To Bet On Sports In Illinois
BalasHapusThe best sports bet types and 출장마사지 bonuses available in worrione Illinois. casinosites.one The https://jancasino.com/review/merit-casino/ most common sporting100 sports betting options available. Bet $20, Win $150, Win $100 or