Nama : Syifa Fauziah
Kelas : 4 EB 18
Npm : 26210799
- Jelaskan bagaimana audit sosial independen dan mekanisme perlindungan formal dapat mendorong perilaku etis ?
Audit Sosial Independen => Rasa
takut tertangkap bisa menjadi pencegah yang penting untuk perilaku yang tidak
etis. Audit social yang independen yang mengevaluasi keputusan dan praktek
manajemen dalam hal kode etik organisasi. Meningkatkan hal itu. Sebuah program
etika yang efektif mungkin membutuhkan keduanya untuk menjaga integritas, auditor
harus bertanggung jawab kepada dewan direktur perusahaan dan menyajikan temuan
langsung ke mereka. Susunan ini memberikan pengarahan kepada auditor dan
mengurangi kesempatan untuk balas dendam dari mereka yang diaudit.
Mekanisme Perlindungan Formal =>
Karyawan yang menghadapi dilema akan etika membutuhkan mekanisme perlindungan
sehingga mereka dapat melakukan apa yang benar tanpa takut akan teguran. Sebuah
organisasi mungkin menunjuk konselor etis bagi karyawan yang menghadapi dilema
etika. Para penasehat mungkin juga
menganjurkan alternatif tindakan etis yang “benar”. Organisasi-organisasi lain
telah menunjuk petugas etika yang mendesain, mengatur, dan memodifikasi program
etika suatu organisasi yang di perlukan.
- Jelaskan tahapan pengembangan moral Lawrence Kohlberg ?
Lawrence Kohlberg menekankan bahwa perkembangan
moral didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap.
Kohlberg sampai pada pandangannya setelah 20 tahun melakukan wawancara yang
unik dengan anak-anak. Dalam wawancara,
anak-anak diberikan serangkaian cerita dimana tokoh-tokohnya menghadapi dilema-dilema
moral. Bagaimana anak-anak dalam penyikapi setiap cerita yang dilakukan oleh
masing-masing tokoh dalam cerita yang disampaikan oleh kohlberg. Berikut ini
adalah salah satu cerita dilemma Kohlberg yang paling popular.
Di Eropa seorang perempuan hampir meninggal akibat sejenis kanker khusus. Ada suatu obat yang menurut dokter dapat menyelamatkannya. Obat tersebut adalah sejenis radium yang baru-baru ini ditemukan oleh seorang apoteker di kota yang sama. Biaya membuat obat ini sangat mahal, tetapi sang apoteker menetapkan harganya sepuluh kali lipat lebih mahal dari pembuatan obat tersebut. Untuk pembuatan satu dosis kecil obat ia membayar 200 dolar dan menjualnya 2000 dolar. Suami pasien perempuan, Heinz, pergi ke setiap orang yang ia kenal untuk meminjam uang, tetapi ia hanya bisa mengumpulkan 1000 dolar atau hanya setengah dari harga obat tersebut. Ia memberitahu apoteker bahwa istrinya sedang sakit dan memohon agar apoteker bersedia menjual obatnya lebih murah atau memperbolehkannya membayar setengahnya kemudian. Tetapi sang apoteker berkata, “Tidak, aku menemukan obat, dan aku harus mendapatkan uang dari obat itu.” Heinz menjadi nekat dan membongkar toko obat itu untuk mencuri obat bagi istrinya.
Cerita ini adalah salah satu dari sebelas
cerita yang dikembangkan oleh Kohlberg untuk menginvestigasi hakekat pemikiran
moral. Setelah membaca cerita, anak-anak menjadi responden menjawab serangkaian
pertanyaan tentang dilema moral. Haruskah Heinz mencuri obat? Apakah mencuri
obat tersebut benar atau salah? Mengapa? Apakah tugas suami untuk mencuri obat
bagi istrinya kalau ia tidak mendapatkannya dengan cara lain? Apakah apoteker
memiliki hak untuk mengenakan harga semahal itu walaupun tidak ada suatu
aturan hukum yang membatasi harga? Mengapa atau mengapa tidak? Berdasarkan
penalaran di atas kohlberg kemudian merumuskan tiga tingkat perkembangan moral,
yang masing-masing tahap ditandai oleh dua tahap. Konsep kunci dari teori
Kohlberg, ialah internalisasi, yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang
dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara
internal.
Tingkat Satu: Penalaran Prakonvensional
Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang
paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak
tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral
dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal.
- Tahap 1 : Orientasi hukuman dan ketaatan ialah tahap pertama dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini perkembangan moral didasarkan atas hukuman. Anak-anak taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat.
- Tahap 2: Individualisme dan tujuan adalah tahap kedua dari teori ini. Pada tahap ini penalaran moral didasarkan pada imbalan dan kepentingan diri sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.
Tingkat Dua: Penalaran Konvensional
Penalaran konvensional adalah tingkat kedua
atau tingkat menengah dari teori perkembangan moral Kohlberg. Internalisasi
individu pada tahap ini adalah menengah. Seorang mentaati standar-standar
(internal) tertentu, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar (internal)
orang lain, seperti orangtua atau masyarakat.
- Tahap 3: Norma-norma interpersonal, pada tahap ini seseorang menghargai kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan pada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Anak anak sering mengadopsi standar-standar moral orangtuanya pada tahap ini, sambil mengharapkan dihargai oelh orangtuanya sebagai seorang perempuan yang baik atau laki-laki yang baik.
- Tahap 4: Moralitas sistem sosial. Pada tahap ini, pertimbangan moral didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.
Tahap Tiga: Penalaran
Pascakonvensional
Penalaran pascakonvensional adalah tingkat
tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas
benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang
lain. Seorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan,
dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.
- Tahap 5: Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual, pada tahap ini seseorang mengalami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain. Seseorang menyadari hukum penting bagi masyarakat, tetapi nilai-nilai seperti kebebasan lebih penting dari pada hukum.
- Tahap 6: Prinsip-prinsip etis universal, pada tahap ini seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang universal. Bila menghadapi konflik secara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati, walaupun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi.
- Jelaskan pendekatan “wortel dan tongkat” atau the carrot and stick concept ?
Pendekatan Wortel dan Tongkat
Teori wortel dan tongkat
tentang motivasi (seperti teori fisika Newton)
berlaku dengan baik di bawah situasi tertentu. Alat pemuas kebutuhan psikologi
manusia dan dalam batas tertentu kebutuhan keamanan dapat disediakan atau tidak
diberikan oleh manajemen. Pekerjaan itu juga merupakan alat demikian juga uaph
kerja, kondisi kerja dan keuntungan. Dengan alat-alat tersebut individu dapat
dikendalikan selama dia berusaha untuk mencari nafkah.
Tetapi teori wortel dan
tongkat tidak berlaku sekaligus jika seseorang telah mencapai level penghidupan
yang cukup dan termotivasi akan kebutuhan pada level yang lebih tinggi.
Manajemen tidak dapat menyedia kanrasa hormat pada diri untuk seseorang, atau
rasa hormat dari kelompoknya atau pemuasan kebutuhan akan pemenuhan diri. Ini
dapat menciptakan suatu kondisi dimana dia didorong untuk mencari pemuasan bagi
dirinya sendiri atau ini dapat menghalanginya dengan gagalnya terciptanya
kondisi itu.
Tetapi penciptaan kondisi
tersebut bukanlah kendali. Ini bukanlah alat yang bagus untuk mengarahkan
perilaku. Dan sehingga manajemen menemukan dirinya pada posisi yang ganjil.
Standar kehidupan tinggi yang diciptakan oleh teknologi modern menyediakan
pemenuhan kebutuhan psikologi dan kebutuhan keamanan secara mencukupi.
Pengecualian yang cukup signifikan adalah dimana praktek manajemen tidak dapat
menciptakan kepercayaan diri—dan maka dari itu kebutuhan keamanan terhalangi.
Tetapi dengan membuat pemuasan yang memungkinkan akan kebutuhan level rendah,
manajemen menghalangi dirinya sendiri terhadap kemampuan untuk menggunakan
hal-hal yang dipercaya oleh teori konvensional—penghargaan, janji, insentif
atau ancaman dan alat pemaksa lainnya—sebagai motivator.
Filosofi manajemen tentang
arahan dan kendali—dengan mengabaikan keras atau lemahnya—tidaklah cukupuntuk
memotivasi karena kebutuhan manusia yang menggunakan pendekatan ini sekarang
menjadi motivator perilaku yang tidak penting. Arahan dan kendali menjadi tidak
berfungsi dalam memotivasi orang-orang yang kebutuhan pentingnya adalah
kebutuhan sosial dan egoistis. Pendekatan keras maupun lemah gagal karena tidak
lagi relevan dengan situasi sekarang.
Orang-orang yang kehilangan
kesempatan untuk memenuhi kebutuhan yang penting bagi diri mereka di tempat
kerja berlaku tepat seperti yang diperkirakan—dengan kemalasan, sikap pasif
tidak mau berubah, kurang bertanggung jawab, kemauan mengikuti peminpin,
permintaan tak beralasan akan keuntungan ekonomis. Hal ini akan membuat kita
terlihat terjebak dalam jaring yang kita buat sendiri.
- Carilah beberapa contoh perilaku tidak etis minimal 5 ?
- penjualan produk ke luar negeri yang sudah terbukti merusak kesehatan dan tidak diperbolehkan didalam negeri
- perusahaan makanan bayi yang memaksakan suatu formula bagi bayi di banyak negara miskin sementara air susu ibu akan lebih sehat bagi bayi
- mengambil barang-barang kantor untuk dibawa pulang
- berbohong dengan alasan sakit untuk menutupi pekejaan yang tidak beres
- perusahaan membayar upah pekerja yang rendah dibeberapa negara berkembang untuk membuat sepatu mereka yang berharga tinggi
- penipuan produk yang tidak sesuai dengan yang ditawarkan
- penjualan produk yang sudah kadarluwarsa
- Apa yang dimaksud dengan :
·
Penyimpangan ditempat kerja : perilaku tidak etis yang
melanggar norma-norma organisasi mengenai benar atau salah.
·
Penyimpangan hak milik : Perilaku
tidak etis terhadap harta milik perusahaan. Misalnya: menyabot, mencuri atau
merusak peralatan, mengenakan tarif jasa yang lebih tinggi dan mengambil
kelebihannya, menipu jumlah jam kerja, mencuri dari perusahaan lain.
·
Penyimpangan politik : Yaitu
menggunakan pengaruh seseorang untuk merugikan orang lain dalam perusahaan.
Misalnya: mengambil keputusan berdasarkan pilih kasih dan bukan kinerja,
menyebarkan kabar burung tentang rekan kerja, menuduh orang lain atas kesalahan
yang tidak dibuat.
·
Penyimpangan produksi : Perilaku tidak etis dengan merusak
mutu dan jumlah hasil produksi. Misalnya: pulang lebih awal, beristirahat
lebih lama, sengaja bekerja lamban, sengaja membuang-buang sumber daya.